Dilansir dari Fortune.com, sebuah penelitian menunjukkan bahwa Gen Z telah mengambil keuntungan dari praktik nepotisme di dunia kerja. Padahal, selama ini kelompok muda itu dianggap anti terhadap perilaku diskriminasi.
Generasi Z disebut-sebut suka memanfaatkan bantuan “orang dalam” untuk melamar pekerjaaan. Praktik nepotisme di dunia pekerja dari kelompok muda ini bahkan dikatakan lebih dominan ketimbang generasi lainnnya.
Nepotisme sendiri dapat diartikan merujuk kepada tindakan perusahaan atau pemimpin perusahaan yang mempekerjakan seseorang berdasarkan hubungan dekat, baik itu saudara, kerabat, maupun teman, dan bukan kemampuannya.
Menurut riset terbaru dari Applied, 75 persen gen Z yang menganggap nepotisme “tidak adil” justru akan menggunakannnya untuk mendorong kemajuan karier mereka.
Situasi tersebut kontras dengan generasi di atasnya. Misalnya saja, cuman 33 persen kelompok pekerja berusia di atas 55 yang menganggap sah bantuan dari orang lain untuk memajukan karier mereka.
Jajak pendapat Applied yang dilakukan terhadap 2.000 orang menemukan bahwa 68 persen pekerja Gen Z mendapatkan pekerjaan, atau tawaran pekerjaan, dari koneksi pribadi mereka.
Angka tersebut di atas rata-rata 42 persen pekerja yang beroleh pekerjaan karena sumbangsih orang lain. Sedangkan, hanya seperempat dari orang berusia di atas 55 tahun yang mengaku mendapatkan pekerjaan melalui orang yang mereka kenal.
No comment